Hari itu, tanggal 16 Juli 2012, adalah hari pertama
sekolah untuk tahun ajaran yang baru. Aku lebih memilih duduk melihat satu per
satu murid-muridku yang berdatangan sambil menunggu senyum, sapaan dan salaman
khas malaikat kecil yang menjadi kesukaanku selama menjadi guru. Kuperhatikan
sedetail mungkin perubahan yang terjadi pada mereka sejak terakhir bertemu
sekitar hampir sebulan.
Sebenarnya penyebab utama aku memilih duduk
dibandingkan menyambut mereka di depan pintu seperti biasanya adalah karena
kesedihan itu masih ada. Yang kumaksud adalah kesedihan karena murid-muridku
tahun ajaran lalu tak lagi dibawah tanggung jawabku tahun ini. Padahal mereka
hanya naik tingkat dari Kindergarten 1 ke Kindergarten 2. Hhah, perasaanku
seperti seorang ayah sedang melepas anaknya yang baru saja menikah.
|
Ssst, he is The Spiderman... |
|
Louis Carlos, salah seorang muridku tahun lalu yang
sukses menancapkan bermacam memori di otakku, baru saja datang dengan langkah
unik yang menurutku satu-satunya di dunia. Aku terkejut dengan perubahan
tubuhnya yang semakin kurus dan wajahnya yang jauh dari gambaran ceria. Lalu aku
memanggilnya dan memintanya duduk di sampingku.
“Louis kenapa makin kurus? Padahal dulu sudah kurus.
Louis jarang makan, ya?” Tanyaku. Ia tidak langsung menjawab, malah memandang ke
arah lain dengan wajah yang masih cemberut.
“Sir.” Katanya seperti ingin membicarakan hal yang
penting.
“Kenapa Louis?” Aku mulai cemas. Jangan-jangan ia
baru saja dimarahi orangtuanya atau ada masalah yang serius terjadi dirumahnya
dan ia menyaksikannya. Ternyata...