Dahulu kala hiduplah seorang
pemburu handal bernama Usop. Meskipun hebat dalam berburu dan menjerat
binatang, ia sangat bodoh dan miskin. Ia hanya berdua dengan ibunya yang sudah
tua renta dan sakit-sakitan.
Suatu hari, ibunya sedang sakit
dan tak mampu bekerja. Tak ada lagi bahan makanan yang bisa ia masak untuk
makan mereka. Kemudian ia berkata pada Usop, anaknya, “Nak, pergilah berburu
ayam hutan agar kita dapat makan.”
Kemudian Usop menuruti perintah
ibunya. Ia memasang jerat di tengah hutan. Lama ia menunggu, akhirnya seekor
rusa yang gemuk dan sehat masuk dalam jeratnya. Usop teringat permintaan ibunya
dan melepas rusa tersebut lalu memperbaiki jeratnya. Hingga malam tiba, seekor
ayam hutan pun tak berhasil ia jerat. Lalu ia pulang dan menceritakan hal yang
terjadi hari itu pada ibunya.
“Bodoh! Kenapa kau lepas rusa
itu? Besok jika ada lagi rusa yang terjerat, kamu bawa saja pulang.” Bentak
ibunya.
Keesokan harinya ia memasang
kembali jeratan dengan harapan ada lagi rusa yang terjerat seperti kemarin.
Namun yang masuk jeratnya justru ayam hutan, tiga ekor pula. Ia pun melepas
ayam-ayam hutan tersebut dan menunggu rusa. Namun hari itu tak ada rusa yang
melewati jeratnya.
“Betapa bodohnya dirimu. Tak
apa kau bawa ayam hutan jika memang itu yang kau dapat.” Ibunya kembali
memarahi Usop ketika ia menceritakan kejadian hal tersebut di rumah. “Ya sudah,
besok, apapun yang masuk jeratmu, bawa saja pulang.”
Usop patuh pada sang ibu.
Esoknya ia kembali memasang jeratnya di tengah hutan. Namun cuaca hari itu
sedikit buruk. Hujan deras turun diiringi angin yang kencang. Tak ada binatang
yang berkeliaran di hutan. Mereka semua bersembunyi di sarang masing-masing.
Lalu patahlah sebatang pohon
pisang dan masuk ke dalam jerat Usop. Pemuda itu mengeluarkan pisang tersebut
dari jerat dan membawanya pulang untuk diberikan pada ibunya. Sang ibu menangis
melihat kebodohan anaknya itu.
Diceritakan
kembali dari Surat Kabar PosKota
belasan tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar