Kamis, tanggal 29 September 2011 adalah hari yang tak terlupakan selama aku mengajar SD (sombong sekali, padahal sampai saat ini baru mengajar SD tiga kali pertemuan). Tidak seperti saat mengajar TK, bahkan SMK dulu, mengajar SD adalah tanggung jawab yang butuh persiapan amat matang, bukan hanya tentang materi, namun tentang setiap gerak-gerikku di hadapan anak-anak. Ya, murid SD ku punya potensi kritis tingkat tinggi. Lihat saja, karena sepatu berujung lancip yang kupakai di dua pertemuan awal dan saranku untuk memanggilku dengan sebutan Mister selain Sir, aku mendapat julukan sebagai Mr. Bean. Julukan yang kucemaskan akan abadi selama aku di sekolah itu. Dan hampir sepuluh jam sebelum aku mengajar mereka di hari Kamis, tanggal 29 September 2011, aku masih termangu di depan komputer sambil memikirkan bahan apa yang harus kuberikan.
Semua karena materi teori telah habis total dan hari itu sudah masuk pada materi praktek. Itu artinya, aku dan murid-muridku membutuhkan komputer. Menyenangkan mengajar di sebuah sekolah baru dengan nama yang telah menasional. Tapi kendalanya adalah belum lengkapnya sarana dan prasarana penunjang Kegiatan Belajar Mengajar. Kami belum memiliki laboratorium komputer. Salahku, karena sebenarnya komputer itu telah dijanjikan beberapa minggu yang lalu dan aku tak punya keberanian untuk mengungkitnya kembali saat sang kepsek menunjukkan tanda-tanda lupa.
Perjuanganku sangat berat untuk menemukan ide menghadapi hari Kamis, 29 September 2011. Memberikan materi lain yang berkaitan dengan komputer, seperti sejarah komputer adalah ide pertama yang muncul. Tapi feeling-ku berkata itu bukan ide yang bagus. Topik tersebut sedikit berat, kecuali dikemas dengan video animasi yang cocok untuk anak SD kelas satu. Sayang, setelah searching sekian lama di internet, aku tak menemukannya. Lagipula di pertemuan-pertemuan sebelumnya aku hanya menerangkan materi pelajaran pada mereka. Jika harus menerangkan lagi, aku akan mereka kenal sebagai guru yang membosankan.
Sempat terpikir untuk membuat worksheet berupa soal-soal dari apa yang telah dipelajari. Tapi worksheet seperti itu telah kuberikan minggu lalu. Mungkin saja yang lebih menarik, seperti tracing (menyambung garis putus-putus) dan coloring (mewarnai) gambar komputer. Menyenangkan, tapi mereka bukan anak TK. Pasti mereka bisa menyelesaikannya hanya dalam waktu lima belas menit. Lalu, bagaimana dengan setengah jam sisanya?
Akhirnya, dengan kebaikan Tuhan, aku menemukan sebuah situs (lupa alamatnya) yang menampilkan sebuah artikel yang inspiratif dan cukup menarik. Pukul sepuluh malam, aku mencari bahan yang kuperlukan dan pulangnya langsung kupersiapkan bahan lainnya. Padahal di hari yang sama adalah pelajaran art untuk murid TK ku. Walhasil aku bisa tidur pukul satu dini hari.
Ternyata perjuangan itu berbuah manis. Keesokannya, dengan berlatar belakang materi sebelumnya tentang cara duduk yang benar pada saat menggunakan komputer, aku memancing mereka dengan rencana mempraktekkannya secara langsung. Kalian harus lihat betapa antusiasnya wajah mereka saat mencium aroma praktek yang telah lama mereka tunggu. Dan kalian harus lihat betapa kecewanya wajah-wajah polos nan kejam mereka saat mengetahui yang mereka gunakan bukan komputer, tetapi laptop. Tapi yang paling kalian inginkan untuk dilihat pasti ekspresi terkejut mereka saat mendengar akan membuat laptop, ekspresi yang berubah menjadi ceria ketika melihat laptop buatanku. Sebuah laptop dari kertas HVS warna-warni dengan tulisan tangan di monitornya.
Antusias kembali ke wajah mereka saat kubagikan potongan kertas yang berperan sebagai monitor. Dengan kebebasan tema yang sebebas-bebasnya, aku menyuruh mereka untuk membuat gambar dan tulisan di kertas itu. Banyak sekali kreativitas khas anak-anak yang terekam di otakku saat itu. Ada yang menggambar rumah, sekolah atau pahlawan super kesayangan mereka. Paling banyak menggambar keluarga. Tapi ada satu murid bertubuh gempal yang menggambar seorang lelaki dan seekor anjing abstrak lengkap dengan balon dialognya. Jadi lelaki itu adalah aku dan dengan semangat ia memberitahukan nama anjing itu persis dengan namanya.
Kelucuan anak gempal itu tidak berhenti. Dengan gaya yang pasti, yaitu kacamata hitam yang kuizinkan ia pakai di kelas, ia mengangguk-anggukkan kepala dan menggoyang-goyang telapak tangannya ke arahku sambil berkata, "Tunggu ya, Sir. Aku masukkan game dulu." Lalu beberapa anak melipat laptopnya dan berjalan sambil berkata, "Saya pergi ke kantor dulu ya." Yang lebih serunya ketika seorang anak berteriak mengadu padaku, "Sir, ada yang main game di laptopnya." Saya membalasnya, "Eh, jangan ada yang main game di kelas!" Dan seisi kelas tertawa. Keluarnya aku dari kelas itu, murid bertubuh gempal tadi menarik tanganku dan berkata dengan wajah sedih, "Sir, baterai laptop saya habis, harus di charge." Hhah, memang hari yang tak bisa dilupakan. Perjuangan berat yang menghasilkan hal menyenangkan.
Kabar baik pun datang keesokan harinya. Akhirnya komputer telah dipesan. Artinya, minggu depan aku tak perlu menghadapi perjuangan berat lagi. Semoga bagian menyenangkan di hari Kamis, 29 September 2011 itu tetap kuhadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar